Refleksi Bayangan Pantulan Cermin

pandangan

Dalam binar cahaya mata ini memandang dengan sepenuh hati.
Menyaksikan sajian suara yang menusuk hati.
Tak terasa air mata menetes pada helaian benang pakaian.
Ku nikmati setiap kata-katanya hingga waktu menyudahinya.

Awan kelabu tak selamanya menandakan akan turun hujan…
Begitupun dengan perkataan yang menusuk hati…
Tak selamanya membuat luka di hati.
Allah lah yang memberikan kelapangan hati.

Dalam dekat ku berdoa…
Dalam jauh ku simpan kerinduan.
untukmu yang masih menjadi rahasia.
Pengisi lubang di hati, pelengkap separuh jiwa.

Pada akhirnya apa yang terkandung pada setiap doa itulah yang ku pegang.
Dalam tangis kerinduan terpancar kejernihan jiwa.
Melupakan akan waktu yang lama ditunggu.
Biarlah ia menjadi rahasia Ilahi yang dengannya ku berserah.

Kini ku akan terus memperbaiki diri.
Ikhlas dan sungguh-sungguh dari dalam hati.
Menata setiap perbuatan dan aktifitas.
Seraya menata benang tenun penuh warna.
Sebenang dua benang membentuk pola.
Hingga menjadi kain nan mahal harganya.

Menyentuhnya untuk orang yang berniat membelinya.
Memilikinya adalah suatu kebanggaan baginya.
Hingga ia menjaganya dan menempatkannya di tempat yang layak baginya…..

Lihatlah bayanganmu di sisi cermin itu.
Apakah itu dirimu atau seseorang yang sedang menatapmu?
Apakah engkau yakin dengannya?
Apakah engkau mengenalnya?
Lihatlah ia dengan seksama.
Ia….ia….sosok seraya dirimu.
Seorang dengan bermacam-macam nilai dan rasa.
Lihatlah ia dan jangan berpaling.
Sudahkah engkau mengenal dirimu?
Apa saja perbuatan yang sudah engkau perbuat.
Lihatlah dan mulai berpikir.
Kiranya apa yang akan engkau cari.
Lihatlah dan cermati lah ia.
Apakah selama ini ia menebarkan manfaat atau melakukan kerusakan?

Kiranya jodoh dan kematian selalu berjalan beriringan.
Tabir rahasia yang tak bisa di ungkap oleh siapapun.
Manakah yang akan menghampirimu terlebih dahulu?
Jodoh ataukah kematian?
Jodoh adalah cerminan dirimu.
Sedang kematian itu pasti datangnya.

Hampir satu tahun saya mengamati media sosial anak muda masa kini. Yang nyatanya tanpa di sadari ketika saya tak ada pekerjaan atau sedang tersisa banyak waktu luang. Entah itu sudah tersimpan di pikiran bawah sadar maka hal yang pertama pasti di buka adalah sosial media. Pola hidup yang tidak bisa terlepas dari gadget. Membuat tingkah laku bersosial yang dulunya ngobrol dan tertawa dengan ekspresi muka yang bisa kita lihat dan rasakan sekarang berubah menjadi sebuah teks pesan dengan ekspresi emoticon yang bermacam-macam.

Tema perjodohan selalu ramai menjadi topik pembahasan pada generasi muda milenial selama ini. Sosial media yang di pakai juga bermacam-macam. Menceritakan soal kehidupan pribadi, curhatan hati hingga kemarahan yang menjadi-jadi. Saya memahami dan saya juga merasakan hal-hal yang kadang memprovokasi kita di lini sosial. Namun dilema percintaan banyak membuat generasi milenial di terpa badai kegalauan. Melihat sudah banyak teman-temannya yang menikah. Apalagi umur yang sudah waktunya untuk menikah namun karena banyaknya faktor yang menjadi bahan pertimbangan membuat pernikahan itu masih menjadi angan-angan.

Menilik suatu hubungan yang harus terus di jaga kesuciannya. Katakan tidak pada pacaran mari mulai memperbaiki diri. Ingat jodoh itu cerminan diri. Yang baik akan di pasangkan dengan yang baik sedangkan yang buruk akan di pasangkan dengan yang buruk.

Tinggalkan komentar